Ngerintis Studio Rekaman Pribadi
“Musical Autodidact Series” Part 1
Kalo ada orang yang meragukan kemampuan Gwe dalam bermusik, ember, Gwe emang blom bener2 nguasain satu intrumen pun. Tapi Gwe suka music dan lagu. Dan kadang2 ada lirik2 dan nada2 yang menari di benak/kepala Gwe. Karena itu Gwe ingin mewujudkan ide2 itu ke dalam lagu atau musik. Berhubung Gwe blum sempurna dalam maen istrumen apapun, cara mudahnya adalah: minta orang laen bikini music/lagu dari lirik/nada yang ada di kepala kita. Tapi namanya juga bikinan orang mungkin music/lagu yang dibikin orang itu belon tentu sesuai atau seenggaknya ngedeketin apa yang kita mau. Belum lagi kalau harus bayar, apalagi kalo mahal. Karena itu Gwe berharap bisa punya studio rekaman pribadi (home recording studio), dan bisa bikin music/lagu dengannya (walo sederhana). Ini bukan sekedar memuaskan hasrat atau hobi doang. Kalo nantinya ada orang yang mo ngebeli lagu/music Gwe atau minta diajarin soal home recording studio (kalo Gwe dah pinter), why not?
Apa itu studio rekaman pribadi (home recording studio)?
Sebagian orang mungkin udah tau apa itu studio rekaman pribadi (home recording studio), tapi sebagian yang laen mungkin belom. Gwe mo cerita soal itu dari sudut pandang Gwe, bukan sebagai expert loh.
Studio rekaman pribadi atau home recording studio dalam pandangan Gwe adalah seperangkat alat yang mengakomodir keinginan kita untuk mewujudkan ide ke dalam lagu/musik.
Perangkat studio rekaman pribadi (home recording studio) yang sederhana terdiri atas: keyboard musik/keyboard controller, audio interface, speaker, dan tentunya komputer/laptop yang terinstall software recording. Dengan semua perangkat tersebut, kita udah bisa bikin music sendiri. Gwe coba jelasin satu-satu:
1. Komputer/Laptop
Inti dari studio rekaman pribadi (home recording studio) adalah computer/laptop, karena dia adalah mesin utama yang memroses semua alat lain untuk diwujudkan dalam sebuah produk, yang dalam hal ini adalah music. Agar computer dapat difungsikan sebagai alat pemroses ada beberapa jenis software recording yang dapat digunakan. Beberapa software untuk computer Windows XP/Vista diantaranya adalah: Cakewalk Music Creator, Pro-Sessions (dari M-AUDIO), Proteus X/X2 (dari E-MU), Pro Tools: M-Powered (dari M-AUDIO), Cakewalk Sonar, dan semacamnya.
Sedangkan untuk computer Macintosh, elo bisa pake GarageBand.
Sebagai novice/pemula, Gwe baru/pernah ngelihat Music Creator, dan keknya itu yang cocok buat Gwe (tapi Gwe blon punya, ntar deh Gwe cari di toko CD/DVD ato donlot aja, hehe..). Sekarang ni Gwe baru pake FL-Studio 9, yang lebih cocok untuk produksi music/sample aja daripada sebagai home recording software.
2. Keyboard music/keyboard controller
Dengan keyboard computer aja sebenarnya kita udah bisa bikin music/sample sederhana. Tapi karena posisi tombol yang terlalu deket dan bentuknya yang kecil, tentu aja keyboard computer kurang nyaman digunakan. Gwe saranin, klo lu ada budget, dan niat punya home recording studio, mending beli keyboard controller aja.
Keyboard controller mirip ama keyboard music biasa. Bedanya, keyboard controller nggak akan bunyi kalo nggak lo sambungin ke mesin MIDI atau computer yang udah terinstall software music/home recording. Dengan menggunakan keyboard controller, tinggal kita colok aja ke computer/laptop dengan software yang sesuai. Kita bisa maenin music senyaman pake keyboard biasa. Karena di software music sudah ada pre-install instrument, maka kita bisa maenin berbagai jenis intrumen dengannya. Ada bunyi grand piano, brass, string, bahkan drum set, bass maupun gitar (tapi yang sederhana). Tinggal berkreasi aja. Hanya aja keyboard controller ini memiliki kelamahan, yaitu delay (khusus buat Windows, di Mac baek2 aja). Mangsudnya, kalau kita teken tombol keyboard sekarang, bunyinya mungkin baru keluar di speaker kurang/lebih 1 detik kemudian. Lha ga enak dong? Don’t worry, ada solusinya kowk, yaitu baca aja poin di bawah, yaitu Audio Interface.
Sebelum melangkah ke poin berikutnya Gwe selipin dulu soal keyboard music biasa. Kalo elu dah punya keyboard music biasa, rasanya ga perlu deh beli lagi keyboard controller. Buang2 duit aja. Cukup colokkin aja kabel MIDI dari keyboard elu ke computer, tapi tetep, harus melalui device/alat yang namanya Audio Interface.
3. Audio Interface
Audio Interface dalam sudut pandang Gwe, adalah alat yang menyatukan berbagai alat yang lain sebelom nyolok/masuk ke computer. Jadi alat ini adalah semacam terminal bagi alat-alat laen. Audio Interface mendukung untuk menerima colokkan MIC (microphone), Gitar Listrik, Biola Listrik (atau instrument music listrik laen), alat MIDI, headphone, kompresor, mixer, dan juga speaker monitor. Tentu aja kalian bisa nyolokkin semua alat laen itu tanpa Audio Interface dengan langsung ke input/line in computer. Tapi kualitas suaranya ga akan sebagus dengan Audio Interface, dan juga alat2 itu ga isa dicolokkin secara berbarengan (karena jumlah colokkan computer terbatas). Maka Audio Interface inilah solusinya. Selain itu Audio Interface juga berfungsi sebagai semacam external/eksternal sound card. Karena itu kalo sebelomnya elo ngalamin delay pake keyboard controller, maka dengan adanya device/alat ini, maka masalah tersebut dapat ditanggulangi. Cukup set Audio Port di software music/home recording kamu ke port: audio interface aja.
Well, sebenernya solusi untuk delay tadi bisa pake software/driver juga, namanya Asio4all. Dengan software ini, seolah-olah computer/kamu ada eksternal sound card-nya yang mengurangi delay pada keyboard controller. Tinggal google aja pasti ketemu kowk.
4. Speaker/Speaker Monitor
Bikin music tanpa speaker ibarat sayur tanpa garam, kek roma irama tanpa yuli harmoni. Intinya si, speaker sangat diperlukan untuk ngedengerin kerjaan/hasil kerjaan kita. Speaker computer biasa, kata banyak orang, belom cukup untuk ngedukung home recording studio. Kenapa? Meskipun juga bunyi (kentut juga salah satu bunyi, tapi itu hal laen), speaker computer biasa cenderung memunculkan bunyi yang bagus/nyaman aja. Tapi speaker monitor beda. Kalau suara/bunyi yang kita bikin bagus, dia akan bilang (bunyi) bagus, tapi kalau suara/bunyi yang kita bikin jelek, dia akan bilang (jelek). Saat ini gwe blom punya speaker monitor, sementara pake yang speaker computer biasa dulu. Karena itu Gwe belom bisa cerita banyak.
Selaen 4 (empat) alat utama tadi, sebenarnya home recording studio biar perfect/bagus perlu juga dilengkapi dengan beberapa alat ini:
1. Mic/Microphone
Ya kalo elu pengen bikin music doang, ga masalah kalo ga ada mic. Tapi kalo lo mo bikin lagu, tentunya keberadaan mic ini sangat diperlukan. Silakan pake mic biasa yang harganya puluhan sampe ratusan ribu, ato pake mic yang mendukung phantom power yang harganya jutaan. Sesuaikan dengan kebutuhan lu.
2. Gitar listrik
Well, sebenarnya software2 musik yang udah Gwe sebutin di atas udah mendukung/included bunyi gitar juga, baik klasik maupun listrik. Tapi tetep aja, karena instrument ini punya keunikan bunyi khusus yang dihasilkan dengan teknik2 tertentu, maka keberadaan gitar listrik untuk beberapa kasus tetep dibutuhkan. Tentu aja elu kudu bisa maen gitar listrik, atau ada orang yang bisa suruh lu maen gitar listrik untuk music/lagumu.
Nah, setelah punya semua peralatan ini, tinggal elunya aja berkarya. Pelajari baek2 semuanya. Dari kemampuan bermusiknya dulu (soal nada, notasi, insrumen, dll), sampe tahap recordingnya. Bisa lewat me-guru, kursus, atau otodidak. Kesannya emang home recording ini buat bikin music digital aja, tapi enggak selalu kok. Kalo elu punya band pun bisa home recording. Hasilnya lumayan kowk. Emang si, bunyi2 di software music cenderung ‘terdengar’ digital. Maka dari itu instrument aslinya kek mic, gitar listrik, dll tetep diperlukan.
Kalo Gwe sendiri, karena gwe suka music digital, maka pas lah. Gwe ga perlu gitar listrik ato drum beneran. Cukup pake keyboard controller dan berksplorasi dengan bunyi2an yang ada di software music aja. Ya sekali2 mic perlu lah (dengan suara pas2an Gwe). Digital music kek punyanya Ayumi Hamasaki, TATU, Nami Tamaki, Saykoji, Warteg Boys is very me! (walaupun gwe juga suka rock alternative macam L’Arc~en~Ciel, Janne da Arc, Muse, dan semacamnya)
Last but not least, ke depan Gwe mungkin akan terus mendalami digital music (mungkin perlu kursus keyboard lagi). Selaen karna itu jenis music yang Gwe suka, juga karena Gwe gak bgitu pinter maen instrument laen (jujur lah). Adek ponakan Gwe yang gitaris juga bilang kekna itu jenis bidang music yang paling cocok bagi Gwe. Tapi tetep, Gwe gak mo ninggalin kerjaan sehari-hari, maupun nulis cerita fiksi yang selama ini udah Gwe jalanin. Tinggal bagi2 waktu dan perhatian ajah ;)
bang, mudah-mudahan mimpimu punya studio rekaman bisa terwujud yak!
ReplyDelete@ Clara: Amieen... Ni gi usaha nyari softwarenya. nantiin debut lagu2ku deh, hehe..
ReplyDelete