Pilkada 2018 dan Pesan untuk Pemenang
Biasanya Gwe
males dengan Pemilu. Udah sejak beberapa tahun nggak nyoblos dengan semestinya.
Namun entah kenapa periode kali ini, Gwe pengin ikut urun suara.
Jadi memang
karena juga udah ditetapin sebagai Hari Libur Nasional, maka Gwe pun balik
kampung dari Semarang ke Cepiring, untuk menyuarakan aspirasi. Pagi pas pulang,
suasana jalanan lengang. Ada kendaraan lalu lalang, namun nggak crowded. Cukup nyaman lah, nyaris kayak
pas hari H Lebaran. Sempet lewat di kantor KPU Jateng sih kesannya sepoi-sepoi
aja.
Pas nyampe
rumah, Gwe mendapati Bapak Ibu ternyata belum mendatangi Tempat Pemungutan
Suara (TPS). Nggak merasa perlu buru-buru, setelah Gwe ngutak-atik hape
pengganti iPhone 6 yang udah kadaluarsa, maka kami pun bergerak ke halaman
rumah H. Nasori, Rt.06 Rw.01 yang merupakan TPS yang ditunjuk untuk keluarga
kami nyoblos. Jaraknya kira-kira 500 meter dari rumah.
Waktu saat itu
menunjukkan sekitar jam 10. Di depan lokasi TPS nampak seorang hansip berjaga dengan
ditemani dua orang bapak-bapak warga yang duduk-duduk. Ada beberapa kursi
plastik warna hijau di pintu masuk TPS. Di dalam lokasi TPS petugasnya cukup
banyak, atau mungkin gabungan petugas, mungkin orang partai, pengawas, entah
Gwe kurang tahu detilnya. Dari pengamatan Gwe sih, ada yang berperan menerima kartu pemilih, mencatat, memberikan
kartu suara, penjaga tinta bukti coblos, dan entah apa lagi.
Tidak banyak antrean.
Nampak hanya sejumlah warga di sana. Ibu tiba duluan dan menyerahkan 3 kartu pemilih
yang diberikan ke kami tempo hari oleh petugas yang datang ke rumah. Setelah
dua orang dipanggil untuk mencoblos tiba giliran ibu, bapak, kemudian aku.
Bilik suara hanya ada dua, namun Gwe rasa cukup mengakomodir kebutuhan warga.
Jangan-jangan sih belum puncaknya kedatangan, tapi ya nggak papa juga mereka
bisa antri. Abis nyoblos, tinggal masukkin kartu suara ke dalam kotak suara
yang mirip ama kotak amal di tempat ibadah. Setelah itu nyelupin jari ke tinta
ungu yang disediakan, lalu keluar lewat pintu yang berbeda dengan yang masuk
tadi.
Nantinya
siapapun yang terpilih, Gwe cuman ngingetin bahwa, pemilu ini adalah pemilihan
pemimpin. Bukan soal menang kalah, tapi siapa yang dipercaya masyarakat untuk
menjalankan amanah. Bukan soal pintar, keren, ganteng dan hebat, tapi menjadi
sosok yang bisa membuat kebijakan dan mengelola anggaran secara cermat dan tepat.
Selalu ingat bahwa uang masyarakat yang dipungut sebagai pajak untuk
kepentingan bersama, bukan upeti. Pemimpin yang benar adalah yang tidak
menghambur-hamburkan anggaran. Bisa membuat skala prioritas. Tidak perlu banyak
bicara maupun seremoni. Dia harus amanah untuk menggerakkan roda ketatanegaraan
demi masyarakat yang adil dan sejahtera, serta aman sentausa.
Comments
Post a Comment