Novel Harry Potter dan Buku-buku yang Ditunggu

21 tahun sudah berlalu sejak novel Harry Potter seri pertama diterbitkan. Bacaan yang menarik perhatian banyak pembaca seluruh dunia itu selalu dinanti kelanjutannya. Begitu satu seri baru keluar, pembaca setianya langsung menyerbu toko buku, dan novel yang ditunggu-tunggu itu pun laris manis. Bahkan ada pembaca di belahan bumi tertentu yang rela mengantri semalam sebelum buku dijual. Lebih lagi, gosip dan berita jauh hari tentang akan terbitnya buku pun udah bisa bikin heboh orang-orang.

Tak hanya Harry Potter, jauh sebelum itu, ada juga buku-buku yang menarik perhatian pembaca dan membuat mereka selalu menunggu kelanjutannya. Misalnya saja buku-buku cerita detektif karya Agatha Christie, serial detektif remaja karya Enid Blyton, novel horor karya Alfred Hitchcock, novel remaja GooseBumps, atau buku tahun 2000an misalnya non-fiksi komedi Karya Raditya Dika, serial TeenLit Gramedia dan masih banyak lagi. Namun dengan semakin berkembangan teknologi digital,  romantisme dalam menikmati bacaan pun berubah.

Mungkin saat ini orang sudah tak perlu mengantri beli buku, bahkan tak perlu lagi beli buku fisik. Karena apa? Buku zaman now sudah tak lagi harus berwujud lembaran-lembaran kertas yang diberi sampul menarik kemudian dijilid. Dengan ditemukannya komputer, hampir semua hal  beralih ke digital, begitu juga buku, sehingga kini dikenal buku elektronik atau e-book. Dengan menggunakan PC, Laptop atau bahkan tablet dan smartphone, orang mudah membaca e-book dimana dan kapan saja. Sedangkan melalui internet orang menyediakan aplikasi atau platform yang mengakomodir tulisan elektronik. Formatnya bisa berita, artikel bahkan buku elektronik. Selain itu internet juga memungkinkan distribusi file e-book dengan sekali klik atau sentuhan jari tangan. Sungguh praktis!

Secara ekonomis pun e-book menekan jauh biaya produksi. Biaya pembuatan film cetak, pengadaan kertas, dan biaya distribusi kerap kali membuat satu eksemplar harganya tinggi. Untuk itu penerbit pada umumnya membuat harga buku dari perkalian empat biaya cetak. Harga jual itu lah yang akan dibagi untuk: toko buku, distributor, royalti penulis, dan keuntungan penerbit itu sendiri. Biaya untuk personil seperti editor dan ilustrator bisa dimasukkan sebagai bagian karyawan penerbit.

Kehidupan manusia semakin dipermudah. Keberadaan buku fisik sampai saat ini masih tersedia, dan masih ada juga peminatnya, walaupun sudah tak sebanyak dulu. Orang jadi enggan beli buku cetak. Akibatnya toko buku mulai pada tutup. Yang masih ada berusaha bertahan dengan mulai memperbanyak jualan stationary, atau bahkan kebutuhan rumah tangga. Sedangkan untuk beli buku elektronik, khususnya di Indonesia tidak begitu banyak yang berminat. Sementara aplikasi atau platform yang mengakomodir tulisan elektronik seperti Wattpadd, Storial, dsb. cukup diminati disamping media online.


Romantisme menunggu tulisan karya penulis favorit saat ini dan selanjutnya mungkin masih terus ada. Namun suasananya sudah beda. Tak lagi orang menanti buku cetak yang bau kertasnya khas, menginap di emperan toko, dan kalau di lokasi yang ada pengarangnya langsung minta tanda tangan.

Comments

Popular posts from this blog

Tutorial Cara Menghubungkan Keyboard Musik dengan Komputer

Film Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno Bahasa Indonesia

Apa yang Akan Terjadi di Kamen Rider ZiO Episode 35?